Monday, November 28, 2011

Tirakat



Dengarkanku, lewat puisi kepadamu. Kelak mungkin aku kembali, tapi mungkin juga tidak. Aku masih utuh. Namun tak ada yang tahu kapan jiwa ini berhenti mengerjap. Selama engkau menanti, sepertinya aku tak perlu takut. Walau esok hanya bisa kukira, semoga hidupku penuh afwah. Dan akwalku pada setiap alinea menjalar di sepanjang alkah.

Hendak sungguh kutafsirkan tasbih pepasir, entah kapan ku berpijak lagi. Di teras sunyi kukumandangkan gelisahku akan engkau, menabahkan rindu yang membeku pada helaan derita.

Ah, bibirku kelu sepanjang malam, tak mampu mengeja ayat yang menorehkan jawaban. Kupuja engkau tanpa syarat, lantas kuanggap sebagai sejarah. Tirakatku sebelum meminta diri, akan menerangkan seluruh sunyi.

1 comment:

Whatsapp Button works on Mobile Device only

Start typing and press Enter to search